0

Dongeng di Musim Hujan

               Salah satu tema bercerita di musim hujan ini , adalah katak. Karena dimana ada hujan, disitu ada katak yang bernyanyi riang. Katak, bisa kita eksplorasi di semua bagian. Mulai bagaimana katak berkembang biak, apa saja makanan katak dan lainnya.  Anak-anak pasti penasaran dengan binatang yang suka melompat ini .
               Begitu juga dengan cerita anak yang saya bikin beberapa waktu yang lalu. Inspirasinya datang dari anak-anak yang sedang menyanyikan lagu di serial Upin Ipin , "Katak oh katak , kenapa kau panggil hujan..." .
              Yuk, berkenalan dengan Jojo , happy-happy di musim hujan bersama anak-anak. Bercerita tentang katak dan hujan ....

Jojo Kembali Tersenyum
Oleh : Aulia Manaf

            Jojo Si Kodok Ijo berteman baik dengan Mimi Merak yang cantik. Mereka berdua selalu rukun dan berbagi makanan. Hutan yang rindang menjadi tempat tinggal mereka yang nyaman bersama dengan binatang-binatang yang lain. Saat Mimi punya makanan banyak, dia akan membagikan kepada Jojo. Dan sebaliknya kalau Jojo mempunyai makanan berlebih, dia akan memanggil Mimi.
            Suatu pagi yang lembab, udara terasa lebih dingin dari biasanya. Jojo melompat memandang langit yang semakin gelap. “Wah, awan mendung . Udaranya beda dari biasanya”. Jojo menduga, musim kemarau akan segera berganti dengan musim hujan. Jojo bersorak kegirangan dan melompat lagi. “Hore ! Musim hujan akan segera tiba !”, teriak Jojo sambil memanggil teman-temannya. Ada Lorek yang berkulit tebal, Gembul yang gendut dan Lili yang berkulit licin sekali. Mereka melompat menghampiri Jojo ketika mendengar kabar yang menyenangkan itu. Bau udara yang segar dan angin yang berhembus, menyadarkan mereka bahwa air hujan akan membawa kegembiraan untuk dunia katak.
                                                            ***
            Saat matahari mulai hangat, Jojo bertemu dengan Mimi yang sedang asyik makan biji-bijian . Jojo diam saja sambil memandangi Mimi dari tempat yang agak jauh. “Mimi .kau Merak yang sangat cantik. Bulu-bulumu yang indah , selalu memesona siapapun .Semua manusia, pasti berdecak kagum dan ingin berfoto denganmu. Sedangkan aku? Banyak orang yang jijik melihatku”. Jojo mengagumi Mimi yang memang mempunyai bulu warna-warni biru dan keemasan.
            Sore itu, terdengar suara angin menggesek daun-daun hutan. Gerimis turun satu-satu. “Air! Air! Ayo mandi teman-teman!”, teriak Jojo tiba-tiba. “Kung-kung-kung-kung”, nyanyian katak bersahut-sahutan. Ramai sekali di hutan rindang itu. Lorek, Gembul, Lili dan teman-teman lain, keluar dari tempat persembunyian .Mereka bernyanyi riang. “Air yang datang. Kusambut senang. Mari bergembira. Menyambut hujan”.
            Namun apa yang terjadi dengan Jojo? Mengapa dia malah menampakkan wajah yang murung? Mukanya yang bulat malah di tekuk. Mimi menghampiri Jojo dengan bulu-bulunya yang basah. “Ada apa ,Jo? Mengapa kamu tidak ikut bernyanyi bersama teman-teman?”, tanya Mimi. “Aku ngiri sama kamu, Mimi. Kamu binatang yang cantik, bulu indah  warna-warnimu,  memukau semua manusia. Sedangkan aku? Aku binatang yang tidak menarik. Warnaku gelap dan menjijikkan . Aku binatang yang tidak banyak gunanya. Lalu, kenapa aku di ciptakan?”, protes Jojo sambil sesenggukan. Mimi mendekati Jojo sambil berteduh di tengah hujan yang belum reda. “Jojo, tidak ada binatang yang tidak bermanfaat. Tuhan menciptakan semua makhluk , selalu berguna. Nyamuk yang kecil saja, ada gunanya kok. Sebagai makanan kamu , kan? Coba lihat, ada beberapa orang yang pada malam hari menangkap kalian”, jawab Mimi. “Aku di buru hanya dijadikan makanan Swikee. Tidak ada manfaat lain”, Jojo memandang Mimi dengan sedih.
            Beberapa saat kemudian, terdengar ada tiga orang masuk hutan. Mereka bersepatu boot, membawa ransel punggung, berbaju kehijauan dan bertopi petualang. “Jojo, coba lihat, siapa yang datang ke hutan ini”. Jojo dan Mimi mengintip dari balik semak-semak. Baru saja hujan reda. Burung-burung pun bercicit keluar dari sarangnya. “Ada perlu apa mereka kemari ya?”, tanya Jojo penasaran. Mereka pun berniat untuk menguping pembicaraan orang-orang itu.
            Ternyata,  mereka itu para penjelajah hutan, Pak Dika seorang peneliti dan Pak Wira sebagai Penjaga Hutan. “Pak Wira, apakah di sini juga ada komunitas kodok yang bagus?”, tanya Pak Dika . “Ya pasti ada , Pak”, jawab Pak Wira sungguh-sungguh. “Saya butuh beberapa ekor untuk penelitian di laboratorium. Ada proyek besar untuk obat-obatan”, Pak Dika menjelaskan dengan wajah serius. Pak Wira dan temannya manggut-manggut saja. Mereka tersenyum memandang katak-katak yang berlompatan kesana kemari .
“Hah? Katak?”, Jojo dan Mimi melonjak kaget setelah mendengar kata-kata dari Pak Dika . Mereka saling berpandangan. Jojo tersenyum malu pada Mimi. “Kau mendengar sendiri kan , Jo? Mereka bisa memanfaatkan teman-temanmu untuk sebuah penelitian di laboratorium. Jadi kamu bermanfaat sekali buat manusia. Ya, kan?”. Mimi memandangi teman-teman Jojo yang masih berlompatan di tengah genangan air dan  tepi sawah. “Ya, Mimi. Aku lupa, Pak Tani juga sangat senang kalau ada kodok. Karena kami akan memangsa serangga-serangga yang mengganggu padi”, mulut Jojo tersenyum lebar. “Tak ada gunanya bersedih. Ayo bernyanyi, Jo!”, teriak Mimi.

Jojo dan Mimi melompat dengan gembira. Dari jauh mereka melihat ada orang yang menangkap beberapa ekor katak. Jojo tersenyum lega , “Selamat tinggal teman-temanku, kau akan bermanfaat untuk manusia. Kami akan terus berkembang biak di sini. Tempat tinggal kami yang nyaman. Jutaan berudu baru akan lahir dan akan menyeimbangkan lingkungan yang indah ini”, bisik Jojo di tengah hutan.  Terdengar suara nyanyian merdu teman-teman Jojo “Air yang datang. Kusambut senang. Mari bergembira. Menyambut hujan”.Kung-kung- kung-kung….