0

Bakat dan Minat Anak Harus Didukung. Dari Cerpen "Rio Belajar Menari".

           Pernahkah kita bertanya, apa kira-kira bakat dan potensi kecerdasan anak saya? Banyak para orangtua yang menjawab, "Ah, lihat nanti saja. Bakat akan muncul dengan sendirinya". Apakah benar seperti itu? Bakat dan minat tidak akan muncul dengan sendirinya, tanpa ada stimulasi dari orangtua dan lingkungannya.
          Cerpen anak saya yang dimuat di Radar Bojonegoro (Jawa Pos) beberapa bulan lalu (Mei 2015), terinspirasi dari banyaknya anak yang sudah punya bakat dan keinginan terpendam dari kecil, yang sering diabaikan orangtua. Menganggap cita-citanya cemen, tidak bermanfaat atau dianggap angin lalu. Semoga bermanfaat. Selamat membaca!


Rio Suka Menari
Aulia Manaf
            “Rio ingin ke rumah Om Haris”, kembali Rio mengatakan keinginannya kepada Bunda dan Ayah saat makan malam. Mata Rio berbinar cerah dan senyum mengembang di bibirnya saat kedua orangtuanya mengiyakan permintaan Rio. “Asyik! Terima kasih, Ayah, Bunda”. “Asal, hasil ulangan kamu bagus-bagus, ya”, Bunda memberikan persyaratan kepada Rio. Rio langsung mengangkat alisnya tanda yakin dan percaya diri dengan hasil-hasil ulangan harian di sekolah. Dia sudah membayangkan akan mengunjungi rumah Om Haris minggu depan. “Pokoknya kalau ulangan harian jelek, tidak aka nada liburan”, Bunda mengingatkan lagi. Rio menganggukkan kepala.
            Pagi menjelang, Rio berkemas berangkat sekolah. Tiba-tiba terdengar bunyi ringtone Hape. Itu hape punya Bunda. Rio mengangkatnya , “Halo, iya sebentar ya, Om”, Rio melangkah ke dapur berusaha mencari Bunda. Rio segera memberikan handphone kepada Bunda. “Iya, ada apa Haris?”, Bunda mengobrol dengan asyiknya. Rio pun bersalaman kepada Bunda , segera menyambar tas dan topi sekolahnya. Langsung berjalan cepat takut terlambat. Ternyata Bunda mendapatkan informasi kalau di dekat rumah Om Haris yang ada di Pandaan , sedang ada Pameran Kebudayaan. Tepatnya diadakan di Amphiteater Taman Candrawilwatikta Pandaan. Tempat sendratari kolosal terbesar di Jawa Timur.
            Di sekolah, sedang diumumkan program ekstrakurikuler yang bisa diikuti anak-anak mulai kelas tiga sampai kelas lima. Kelas enam sudah tidak wajibkan mengikuti eskul. Karena harus fokus kegiatan belajar untuk ujian akhir. Bu Nina sebagai Wali Kelas Rio mengumumkan dengan suara lantang di depan kelas. “Semua anak harus memilih salah satu dari kegiatan ini. Diantaranya yang bisa kalian ikuti adalah : Melukis, menari, komputer dan Pramuka. Sekali lagi, kalian harus memilih satu saja”. Rio tampak diam dengan dahi berkerut. Dia menggigit bibir bawahnya. Lalu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. “Kamu mau pilih apa,Rio?”, Dani teman sebangkunya penasaran pada Rio. “Kalau aku pilih Pramuka, dong. Kamu pilih apa?”, Dani kembali bertanya. Sedangkan Rio malah menarik nafas panjang.”Aku bingung, Dan”. “Kenapa bingung? Tinggal cari kesukaanmu apa?”, bisiknya pada Dani. “Aku suka menari. Senang melihat orang menari”. “Apa? Menari?”, Dani tertawa cekikikan dan meutup mulutnya mendengar pengakuan Rio. “Menari kan kebanyakan perempuan?”, bisik Dani lagi. Rio diam tidak berkomentar lagi. Tatapan matanya kosong memandang ke depan kelas. Rio tahu, pasti banyak temannya yang menertawakan kalau dia mengaku ingin menari. Rio pulang sekolah dengan wajah seperti bunga yang tidak disiram beberapa hari. Kuyu dan layu.
            Sesampai di rumah, Bunda menyambut dengan tersenyum lebar. “Ada kabar bagus dari Om Haris”. Belum sempat Rio bertanya, Bunda sudah menceritakan panjang lebar tentang acara Sendratari di Taman Candrawilwatikta. Mata Rio berbinar senang. “Benar ya, Rio diajak?”. Bunda mengangguk semangat. Rio membayangkan menyaksikan penari-penari hebat di sana. “Tapi jangan lupa Rio harus berdoa”. “Kenapa, Bunda?”. “Di sana tidak ada tenda atau atap pelindung. Semua di ruang terbuka yang luas. Jadi berdoa supaya tidak hujan”. Rio tersenyum dan mengangguk mantap. “Pasti dong, Bunda”.
            Beberapa hari kemudian, hasil-hasil ulangan harian di sekolah dibagikan. Dengan keyakinan dan belajar rajin, Rio mendapatkan hasil ulangan yang bagus- Semua memuaskan. Nilainya rata-rata delapan keatas. Bunda dan Ayah tersenyum bangga pada Rio. Dan Rio pun menagih janji Bunda.
                                                            *****
            Saat yang ditunggu tiba. Rio dan kedua orangtuanya berangkat naik bus menuju rumah Om Haris di Pandaan. Rio sudah tidak sabar menantikan malam tiba. Sabtu malam itu, ada acara Pagelaran Sendratari yang tidak pernah dilupakan Rio.. Menceritakan tentang asal mula Aksara Jawa Hanacaraka. Puluhan penari laki-laki dan perempuan dari Surabaya berpadu dalam musik tradisional dan gerak yang rampak. Penuh semangat dan gairah. Tak lupa dihiasi dengan lampu-lampu sorot yang semarak. Ada beberapa turis yang dating untuk menyaksikan acara itu. “Bunda, jadi penari bukan hanya perempuan, kan?”, tanya Rio yang sedang duduk berdampingan dengan Bunda. “Iya, dong. Tuh lihat. Banyak juga penari laki-laki yang hebat.” Rio mengangguk . Dalam hatinya sudah mantap. Rio sudah tidak ragu lagi akan memilih ekstrakurikuler apa di sekolah. “Ada apa, Rio? Kamu ingin menari juga”, ibu menoleh kea rah Rio. “Iya, aku ingin menari di sekolah, Bun”. “Boleh, asal berlatih sungguh-sungguh dan tidak lupa belajar”. Rio tersenyum dan mengangguk, “Terima kasih, Bunda”.