2

Mari Cari tahu Gaya Belajar Anak

Ada tiga gaya belajar anak. Tipe Visual, Kinestetik dan Auditory. Lalu, apa gaya belajar ananda? Yuk, di cek yang berikut ya, Bunda.




 Nah, kalau sudah ketemu apa gaya belajar ananda, kita bisa membantu mengembangkan gaya belajar yang cocok dengan karakternya, dengan cara berikut :
.
TIPE VISUAL
- Kita tunjukkan gambar atau ilustrasi
- Bantu membuatkan mind map dengan warna dan gambar menarik
- Bantu memilah pelajarannya lewat bagan/ grafik/ diagram, warnai / tulis kata-kata penting dengan huruf yang berbeda
- Cari desain cantik dan menarik untuk alat belajarnya
- Dorong anak menulis ketika sedang belajar
- Dorong anak membuat ringkasan dari apa yang dipelajari

TIPE KINESTETIK
- Usahakan memberi contoh nyata/ demonstrasi dari apa yang sedang dipelajari
- Usahakan belajar dengan membuat tangan dan kakinya bergerak, bisa dengan jalan-jalan
- Ajak anak memperagakan / mengekspresikan apa yang sedang dipelajari
- Usahakan anak membuat proyek atau kegiatan yang berhubungan dengan pelajarannya

TIPE AUDITORY
- Usahakan merekan suara orangtua, atau guru saat mengajarkan suatu topik dan biarkan anak mendengarkan rekamannya kembali ketika belajar.
- Bantu anak belajar dengan diskusi dan mengobrol tentang pelajaran
- Ganti lirik lagu yang disukainya dengan kata-kata yang harus dihafalkan anak
- Tunjukkan minat terhadap pelajarannya lewat intonasi suara anda.

Nah, sudah tahu kan gaya belajar ananda? Bisa salah satu dari gaya belajar di atas, atau kombinasi dua gaya belajar. Kita bisa mendampingi ananda yang sedang belajar, sesuai dengan karakternya. Harapannya, supaya prestasi sekolahnya akan meningkat.

Selamat mendampingi ananda .







0

PERILAKU KHAS ORANGTUA YANG TIDAK DI SUKAI ANAK

Kita yang dikaruniai orangtua yang baik, harus bersyukur padaNya. Orangtua yang mau dan mampu mendidik kita dengan baik sampai dewasa. Dari merekalah kita belajar menjadi orangtua yang baik. Tapi, ada beberapa perilaku khas orangtua yang tidak di sukai anak-anak. Ingin tahu apa saja?
1. Egois.
Orangtua selalu tidak ingin disaingi, kadang tidak rela jika anaknya disaingi anak lain. Semua anak berharap, orangtua menurunkan egonya. Hndarilah ada pamer kesombongan.

2. Anak Hanya Sebagai Obyek.
Orangtua menganggap anak sebagai obyek kepuasan egonya. Padahal dalam aturan budaya dan agama kita, anak adalah titipan dari Tuhan dan mendidiknya adalah ibadah. Fakta di sekitar kita, banyak anak yang masih diperlakukan buruk oleh orangtuanya dan dianggap membebani hidupnya.


3. Prestasi Akademik.
Anak akan merasa risih, karena harapan orangtua terlalu tinggi. Orangtua beranggapan , anak yang punya prestasi akademik bagus, kehidupannya akan beres semua. PAdahal, kenyataannya ada yang namanya Kecerdasan Majemuk- ada 9 kecerdasan. Banyak anak yang bisa berprestasi di luar bidang akademis. Berhentilaah untuk menuntut anak mendapatkan rangking satu di kelasnya. Karena setiap anak punya potensi kecerdasan masing-masing.