0

Waspada, Mengeksploitasi Anak di Sekitar Kita

    Banyak orang tua tidak menyadari kalau sebenarnya dia telah mengeksploitasi anaknya. Tidak terkecuali status sosial sebuah keluarga. Kaya atau miskin, sama-sama berpeluang melakukan eksploitasi anak. Ini menirit Chairman [ketua] Yayasan Mutiara Indonesia Seto Mulyadi. Komisi Perlindungan Anak -KPAI mencatat, pengaduan dan pemantauan kasus perlindungan anak di DKI Jakarta di tiga tahun terakhir cukup memprihatinkan. Eksploitasi anak sudah mencapai 430 kasus. Ini di Jakarta saja. Bagaimana di daerah?
    Menurut Kak Seto, setidaknya ada empat macam eksploitasi yang diterima anak di bawah umur di Jakarta . Apa sajakah itu?



1. Eksploitasi karena faktor ekonomi . 
    Anak-anak di manfaatkan orangtuanya untuk mencari uang. Misalnya : pengojek payung, three in one. Selain itu ada anak-anak yang di suruh bekerja sebagai pengasong atau mengemis. Kalau di daerah, banyak kita jumpai anak-anak bekerja ikut orangtuanya sebagai pengamen, atau juga seniman reog.
2. Eksploitasi seksual
   Eksploitasi semacam ini biasanya dilakukan orangtua yang tega menyuruh atau meminta anak gadisnya menemani pria hidung belang. Trafficking yang dilakukan orangtuanya sendiri dengan tujuan karena uang. Ini sudah melanggar hukum dan menjerumuskan anak ke lembah prostitusi karena menjadi Pekerja Seks Komersial.
3. Eksploitasi dalam bidang pendidikan
   Ini biasanya dilakukan oleh orangtuau yang punya ekonomi berkecukupan. Misalnya, orangtua secara tidak sadar memaksa anaknya bisa bersekolah di tempat yang bergengsi. Itu dilakukan agar orangtua menajdi terpandang di masyarakat. PAdahal anaknya tidak suka dan merasa tidak nyaman berada di sekolah tersebut. Ini kerap terjadi di sekitar kita.
4. Eksploitasi karena ambisi orangtua menjadikan anaknya sebagai artis cilik.
   Kenyataan yang ada memang ambisi orang tua dan kemauan anak, sangat beda tipis. Kadang orangtua berdalih bahwa semua itu karena  kemauan anaknya yang bercita-cita sebagai artis. Entahlah, hanya anak yang bisa menjawab dan merasakan.

 Tugas anak adalah bermain dan belajar. Bukan dipaksa mencari uang, dipaksa untuk memuaskan ambisi orangtua yang diktator. Bukan jamannya menjadi orangtua mau menang sendiri, tapi kita harus menjadi orangtua bijak dan menjadi sahabat anak. Masih ada banyak cara untuk memperbaiki kondisi ekonomi tanpa mengeksploitasi anak. 

[JP]
 

0 komentar:

Posting Komentar